Pertanyaan ‘mengapa arsitektur khas Indonesia pantas untuk diperjuangkan?’ merupakan pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang mendefinisikan hubungan antara masa lalu, saat ini dan masa depan, sebagai sebuah identitas jatidiri. Terdapat banyak faktor yang dapat dilakukan untuk menghubungkan masa lalu dengan saat ini dan masa depan, dan artikel ini merupakan suatu cara untuk melakukan itu, dan selalu merupakan hal yang menarik untuk melakukan hal itu.
‘A connection with the past is a prerequisite for the appearance of a new and self confident tradition’ (Giedeon, 1956)
‘Hubungan dengan masa lalu adalah keharusan bagi munculnya tradisi yang baru dan penuh kepercayaan diri’ (Giedeon, 1956)
Bangunan-bangunan masa lalu seperti candi dapat diuraikan dalam kaidah desain spiritual mereka, yaitu yang paling penting karena ini adalah dasar mereka membangun dan merencanakan bangunan. Kaidah spiritual desain bisa merupakan petungan, prinsip hitungan struktur, pola peletakan, hierarki, sequence, penghiasan atau ornamentasi.
Apakah yang mendasari kepentingan dibangunnya bangunan-bangunan candi merupakan hal yang bisa dikaji namun hasilnya merupakan norma-norma yang belum tentu dapat diaplikasikan dalam desain modern karena perbedaan keyakinan. Namun dalam dunia modern saat ini, pola-pola desain tersebut dapat dijadikan alat untuk mengambil peradaban arsitektur masa lalu tersebut sebagai kaidah desain yang diterapkan dalam bentuk baru. Perbandingan dari pola desain lama yang dimasukkan kepada desain baru untuk menunjukkan bahwa hal ini memungkinkan adalah pola-pola desain klasik Yunani yang diterapkan dalam bangunan baru postmodern.
Hal ini menunjukkan bahwa prinsip-prinsip dasar desain dapat didefinisikan kembali dan digubah untuk diterapkan kembali kepada bangunan baru yang menunjukkan kesamaan pemikiran. Beberapa contoh prinsip dasar desain yang bisa diterapkan adalah:
q Ritme
q Cengkah
q Arah
q Kontras
q Pola
q Warna
q Dan sebagainya
Translasi ke dunia postmodern dapat digambarkan sebagai berikut:
q Sistem konstruksi arsitektur modern digunakan hanya sebagai ALAT untuk membangun, selebihnya, dalam makna desain dapat digunakan prinsip dasar desain candi
q Kaidah desain peradaban arsitektur masa lalu tersebut diaplikasikan sebagai kaidah desain untuk menjadikannya lebih berjiwa dan bermakna
q Pengambilan keputusan oleh arsitek atau desainer dalam prinsip-prinsip dasar desain diambil dan dipengaruhi oleh peradaban arsitektur masa lalu.
q Sistem ruang akan mengalami reformasi disesuaikan dengan kebutuhan saat ini, namun reformasi ini sebaiknya tidak bertentangan dengan kaidah peradaban arsitektur masa lalu. meskipun demikian, dengan adanya prinsip atau kaidah peradaban arsitektur masa lalu, hierarki dan penataan ruang bisa jadi mengikuti pola yang ada dalam peradaban masa lalu tersebut, dengan juga mentransformasikan atau mentranslasikan gaya atau kaidah desain tersebut dalam tata ruang, sebagaimana terjadi pada anatomi tampak.
q Pembedaan sistem tata ruang dan anatomi tampak dari yang digunakan dalam arsitektur modern akan menjadikannya memiliki kehasan yang lebih berjiwa dan bermakna. Ini yang akan menjadikannya berhasil sebagai hasil translasi peradaban arsitektur masa lalu dalam konstruksi modern.
Kebanyakan penganut paham arsitektur modern hanya akan melihat anatomi tampak sebagai gubahan komposisi geometri, dan bila terdapat makna, akan merupakan makna dengan fungsi tertentu yang logis dan universal (misalnya warna kuning digunakan untuk mempertinggi kewaspadaan). Fungsi adalah penjelas bagi arsitektur modern, dan karenanya makna (apalagi yang bersifat metafisik) tidak demikian diindahkan.
Namun bila suatu desain ditujukan untuk memuat kaidah-kaidah desain yang bermakna, maka terdapat kemungkinan untuk mengaplikasikan kaidah-kaidah desain yang bersifat spiritual bahkan metafisik. Toleransi sifat-sifat metafisik untuk diaplikasikan dalam rancangan desain ditentukan oleh perancang. Sejauh mana sifat-sifat dan kaidah desain peradaban arsitektur masa lalu diaplikasikan dalam desain merupakan pilihan desainer.
ANALOGI EVOLUSI MEMETIKA UNTUK PERADABAN ARSITEKTUR MASA LALU
Untuk memudahkan memahami bagaimana peradaban arsitektur masa lalu dapat berkembang dengan baik di masa ini, marilah kita mengandaikan peradaban arsitektur masa lalu sebagai mahluk hidup yang bisa berkembang. Peradaban arsitektur masa lalu dapat diibaratkan sebagai meme yang dalam memetika memiliki peran seperti gen. Perhatikan tabel berikut:
Tabel Analogi Evolusi Memetika Gen dan Peradaban Arsitektur Masa Lalu
Satuan evolusi
|
Proses penggandaan diri
|
Media evolusi
|
Tujuan evolusi
|
Gen
|
Peran dalam DNA menentukan jenis dan karakter spesies.
DNA menolak atau mengembangkan Gen tersebut?
|
DNA
|
Jenis dan karakter spesies
|
Peradaban arsitektur masa lampau
|
Perannya dalam peradaban arsitektur menentukan jatidiri arsitektur bangsa.
Peradaban arsitektur menolak atau mengembangkannya?
|
Peradaban arsitektur manusia
|
Jatidiri arsitektur bangsa
|
Peradaban arsitektur modern
|
Perannya dalam peradaban arsitektur menentukan jatidiri ‘modernitas’ bangsa saat ini.
‘Saat ini peradaban arsitektur kita sedang mengembangkannya’
|
Peradaban arsitektur manusia
|
Jatidiri arsitektur bangsa
|
Bila sebuah gen yang membawa suatu sifat diambil oleh DNA tersebut sebagai bagian DNA yang membawa sifat baik dan memberinya tempat dalam ikatan DNA, maka gen tersebut akan berkembang dengan baik untuk turut menentukan karakter spesies yang memiliki DNA tersebut. Bila peradaban arsitektur masa lampau diibaratkan seperti sebuah gen yang dapat mempengaruhi DNA, maka perannya dapat menentukan jatidiri arsitektur bangsa kita dengan seijin peradaban arsitektur saat ini. Bila peradaban arsitektur saat ini membiarkan peradaban arsitektur masa lampau untuk berkembang dengan baik, maka jatidiri bangsa kita akan terbentuk dengan baik. Bila tidak, maka peradaban arsitektur masa lampau akan hilang dan akibatnya kita tidak memiliki jatidiri yang berasal dari peradaban arsitektur masa lampau.
Bila sebuah gen ditolak untuk masuk dalam sebuah DNA, maka bagi gen tersebut dirinya kehilangan bagiannya dan merupakan kekalahan meme yang besar. Bila peradaban arsitektur masa lalu ditolak dan tidak dikembangkan oleh peradaban arsitektur manusia, maka kehilangan identitas tersebut merupakan kekalahan yang sangat besar, konsekuensinya cukup berat; kita kehilangan jatidiri.
Yang terjadi saat ini, peradaban arsitektur saat ini sedang mengambil ‘gen’ yang lain untuk membentuk jatidiri arsitektur bangsa kita, yaitu jatidiri arsitektur Nusantara. Saat ini, seakan-akan keseluruhan peradaban arsitektur sedang sibuk dengan ‘gen’ baru, yaitu arsitektur modern. Seperti apakah jatidiri arsitektur yang dibentuk oleh peradaban arsitektur modern tersebut? Hasil cepatnya, kita bisa melihat segala konsekuensi yang telah terjadi di negara-negara dimana peradaban arsitektur modern berkembang dengan baik.
Saat ini, mempelajari kebudayaan arsitektur masa lalu kita sendiri merupakan hal yang cukup mirip seperti bila kita mempelajari budaya arsitektur asing, misalnya budaya arsitektur Eropa. Hal ini dikarenakan kita sudah cukup ‘jauh’ dari jatidiri peradaban arsitektur kita, karena:
q Sistem pendidikan dan materi ala barat yang diterapkan di Indonesia tidak banyak membantu penerusan tradisi.
q Faktor tambahan yang cukup besar adalah karena kita dijajah oleh bangsa asing selama berabad-abad lamanya, sehingga hubungan tradisi yang seharusnya diteruskan, direpresi oleh para penjajah, banyak yang terputus.
q Lingkungan dan sistem-sistem budaya dinegara kita banyak terpengaruh oleh budaya luar sebelum kita siap dan kaum muda tidak sempat belajar dengan baik.
q Pengambil keputusan dalam desain bangunan-bangunan dan arsitektur Indonesia banyak yang tidak (belum) memiliki pandangan untuk melestarikan dan meneruskan tradisi arsitektur khas Indonesia.
Penerusan tradisi arsitektur masa lampau kepada saat ini dan masa depan merupakan proses yang membutuhkan ‘recognition’ yang baik dan dalam proses itu terdapat kecenderungan bahwa peradaban kita sendiri terasa asing karena apa yang didapati oleh generasi saat ini merupakan jejak-jejak masa lampau yang harus ditapak kembali. Untuk itu energi dan kemauan yang diperlukan cukup besar, dan tidak banyak yang menghedaki menapak tilas peninggalan-peninggalan masa lampau tersebut, sehingga segala penelitian yang telah dilakukan tentang sisa-sisa peradaban masa lampau merupakan harta yang tak ternilai harganya, lebih baik dari hasil kita membaca dan mengetahui peradaban arsitektur manapun yang terlihat lebih baik, lebih glamour, dan sebagainya namun sebenarnya membuat kita berpaling dari jatidiri peradaban arsitektur kita sendiri.
Nilai desain
q Nilai desain (dari sudut pandang peradaban arsitektur masa lampau) merupakan seberapa banyak kaidah-kaidah desain peradaban arsitektur masa lampau diaplikasikan dalam desain.
q Nilai desain (dari sudut pandang peradaban arsitektur) diukur dari seberapa besar kemauan manusia Indonesia untuk mengaplikasikan kaidah-kaidah desain peradaban arsitektur masa lampau (seberapa jauh manusia Indonesia menjadi tidak egois (tidak tidak mau tahu) terhadap kaidah desain peradaban arsitektur masa lampau)
q Nilai desain (dari sudut pandang peradaban modern) diukur dari seberapa banyak pengaruh globalisasi (internasionalisasi atau penyeragaman desain) bekerja pada kebudayaan spesifik atau tradisional.
Semakin besar keinginan kita untuk mengaplikasikan kaidah-kaidah desain peradaban arsitektur masa lampau, semakin merupakan keuntungan bagi peradaban arsitektur masa lampau karena kita membantunya berkembang.
Dalam aplikasi, setelah memperhatikan peradaban arsitektur masa lampau dan menggunakannya dalam desain, kemampuan arsitektur modern untuk menyediakan sistem konstruksi yang semakin variatif akan menghasilkan karya desain yang bisa jadi memiliki perbedaan–perbedaan dari hasil-hasil budaya peradaban arsitektur masa lampau, misalnya candi-candi dan rumah-rumah tradisional. Namun sepanjang arsitektur modern digunakan sebagai alat dan kaidah peradaban arsitektur masa lampau tetap digunakan, hal ini merupakan keuntungan bagi peradaban arsitektur masa lampau dan merupakan nilai lebih ditinjau dari sudut peradaban arsitektur manusia.
Hasil-hasil karya arsitektur dalam taraf ini dapat menyajikan pilihan desain yang sangat luas dan kemungkinan perbedaan dengan hasil-hasil karya peradaban arsitektur masa lampau yang bisa jadi tampak dalam;
q Skala bangunan
q Sistem konstruksi bangunan
q Fungsi-fungsi ruang dan pengelompokan zoning
q Suasana ruang
q Warna-warna bahan
q Sistem, hierarki, proporsi, sequence
q Kemungkinan lain dari monumentalitas desain
Arsitektur modern digunakan tidak lebih dari sebuah alat untuk mengekspresikan ide simbolis, dengan batasan bahwa arsitektur modern mengambil ‘fungsi’ sebagai dasar dari pengambilan keputusan dalam desain. Langkah yang disarankan;
Jika kita hendak melakukan ‘recognition’ pada peradaban arsitektur yang kita miliki, kita hendaknya menyadari bahwa didalamnya terdapat faktor ‘simbolisme’, ide untuk mengekspresikan makna melalui sebuah media, dalam hal ini arsitektur. Ia memiliki ‘bahasa khusus’ yang telah digunakan pada bangunan-bangunan khas Indonesia yang merepresentasikan ‘akar’ dari arsitektur khas Indonesia. Langkah awal untuk dilakukan adalah ‘cognition’ pada peradaban arsitektur masa lampau.
Contoh;
Pada arsitektur modern, estetika dari bentuk-bentuk geometris dan kotak mungkin cukup menarik sebagai penikmatan komposisi, namun memperhatikan ‘kebiasaan’ kita di masa lalu untuk mengikutkan makna sebagai ide estetis, bukankah lebih baik jika desain geometris tersebut juga mengandung makna simbolis untuk menghubungkan ide bangunan saat ini dengan ide bangunan masa lampau, sebagai representasi ‘recognition’ kita pada arsitektur khas Indonesia, lagipula bahasa geometris juga terdapat pada arsitektur khas Indonesia. Misalnya menggunakan gaya arsitektur candi untuk rumah tinggal.
Cara-cara semacam ini cukup menarik dan sepertinya menjanjikan untuk dilakukan, karena hal itu memang memungkinkan. Namun terdapat pertanyaan-pertanyaan mengganjal dari translasi bahasa arsitektur masa lampau ke saat ini, antara lain;
q Apakah relevan untuk menggunakan kaidah-kaidah desain dari bangunan dari peradaban masa lampau ke saat ini, dengan konteks yang berbeda? Misalnya apakah relevan menggunakan arsitektur candi untuk dibuat sebagai arsitektur rumah tinggal saat ini?
q Apakah setelah kita mengaplikasikan arsitektur masa lampau dan khas Indonesia pada saat ini, apakah nyaman untuk kita terapkan kedalam bangunan-bangunan saat ini? apakah akan cocok dengan gaya hidup saat ini?
Pertanyaan-pertanyaan semacam ini akan banyak bermunculan dan sebagai alternatif jawaban, salah satunya adalah sistem ruang yang berkaitan dengan cara hidup saat ini tidak diubah, dan perubahan yang terjadi akibat aplikasi kaidah desain peradaban masa lampau hanya digunakan untuk kaidah desain yang tidak mengubah gaya hidup. Tampaknya hal ini menjadikan peradaban arsitektur masa lampau teralienasi dan seakan kita menyadur budaya peradaban arsitektur dengan cara yang sama seperti cara kita menyadur gaya arsitektur dari Eropa, misalnya gaya klasik atau Mediterania, namun hal ini menjadi salah satu cara paling mudah bagi tujuan tersebut.
|