Monthly Archives: Maret 2014

Rumah gaya ‘Mediterania dan Klasik’ kurang sesuai di Indonesia


astudioarchitect.com Dulu sekali, saya pernah menulis buku pada tahun 2006-2007, yang isinya tentang gaya arsitektur mediterania. Jenis gaya ini banyak dipakai di rumah-rumah mewah yang biasanya ada pembantu untuk membersihkannya, kalau tidak penghuninya biasanya kewalahan untuk urusan bersih-bersih. Pada waktu itu buku-buku tentang rumah tinggal dan majalah seperti Asri, Laras dan Idea masih banyak dihiasi oleh gaya arsitektur Mediterania dan klasik ini. Ini tidak mengherankan, dan saya menangkap pada waktu itu bahwa ini merupakan tren yang sepertinya patut untuk dibahas dalam buku. Hingga kini kita masih banyak menemukan rumah dengan gaya mediterania atau klasik yang kental. Belakangan dan setelah itu saya sadar bahwa gaya ini kurang pas di Indonesia. Tapi untungnya buku saya waktu itu lebih ke deskripsi gaya saja bukan mengantarkan saya jadi salah satu arsitek dengan style yang sudah ketinggalan jaman ini. Banyak klien bahkan sering yang mereferensikan gaya mediterania yang asli dari ‘sono’nya kepada saya via contoh-contoh foto ketika akan mendesain, semuanya saya tampung dan saya pikirkan lagi ketika akan mendesain, paling tidak kaidahnya terhadap hujan dan panas harus sesuai.

//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Tidak ada yang salah dengan mendesain rumah dengan model mediterania dan klasik ini, sepanjang kita tahu konsekuensinya. Mediterania adalah kawasan di Timur Tengah dengan iklim yang tropis kering, sedangkan wilayah negeri kita adalah tropis basah. Perbedaannya adalah pada basah dan kering. Iklim kita yang basah cenderung berbeda dari iklim mediterania yang kering. Gaya atau style tersebut makin lama makin disadari bahwa kurang bisa menjadi gaya yang adaptif untuk lingkungan yang basah dan banyak hujan. Seringkali dan memang pernah saya mendesain bangunan dengan gaya klasik dan mediterania. Problem utamanya ada pada banyaknya ornamentasi yang digunakan.


Ornamentasi yang sangat banyak ini indah dipandang mata, namun menyediakan celah-celah untuk debu dan kotor yang diperparah oleh hujan. 

//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Ornamentasi tersebut seringkali berupa garis-garis dan bentuk kecil-kecil yang dibuat di tempat beton cetak atau gypsum, bahkan hingga dipinggir-pinggir jalan dan dipelosok desa kita sering menemukan orang berjualan ornamentasi untuk rumah mediterania atau klasik. Akibatnya ini menjadi budaya yang lazim orang membangun dengan gaya mediterania dan klasik itu, tanpa menyadari problem utamanya. Kalau istilahnya dalam bidang arsitektur; gaya ini sudah menjadi bagian dari arsitektur vernakular.

Problem utamanya tentunya karena faktor basah hujan yang sering dinegeri kita, ornamentasi itu tidak didesain untuk wilayah tropis basah. Seringkali kita mendapati lis profil luar bangunan yang cepat kotor karena air hujan yang menimbulkan bekas garis-garis pada lis profil ornamentasinya. Demikian pula ornamentasi yang punya ceruk-ceruk kecil berpotensi untuk menyimpan debu dan menjadi kotor.

Kita tidak bisa menampik problem suka kotor yang sering terjadi itu, dan karenanya mungkin saja, orang sudah makin tahu bahwa gaya ini meskipun ‘manis dan menarik hati’ serta sesuai bagi mereka yang memiliki kepribadian suka kemewahan, ini akan sesuai. Namun bagi orang modern yang hidup ‘streamline’ yang suka cepat dan praktis, ini suka kurang praktis. Barangkali saja, barangkali, gaya arsitektur ‘tropis modern’ yang sering diucapkan akhir-akhir ini, merupakan jawaban bagi gaya mediterania. 

‘Kecurigaan’ saya makin beralasan, karena gaya tropis biasanya diterjemahkan sebagai gaya rumah dengan unsur batu tempel yang banyak. Batu tempel tidak terlalu minta dibersihkan dan bisa menyamarkan kesan kotor, bagi jenis-jenis batu tertentu. Kesan yang memang bertekstur dan kasar ini bisa mengurangi kebutuhan untuk bersih-bersih yang terlalu banyak. Meskipun bukan berarti gaya ini tanpa masalah juga. Masalah dari gaya tropis modern adalah biasanya materialnya lebih boros dan mahal, karena batu musti disusun, dibaguskan, ditata sedemikian. Biaya menata batu di dinding yang cukup mahal bisa berharga ratusan juta per meternya. Dengan tidak terlalu banyaknya bagian lipatan dinding licin seperti gaya arsitektur mediterania dan klasik, gaya ini cenderung campin digunakan.

Ini lho, asal dari arsitektur Mediterania itu, memang megah dan indah. Tapi kurang sesuai dengan kepribadian dan juga iklim kita. 

Pendeknya melalui artikel singkat ini saya ingin mengajak pembaca budiman untuk menyadari efek samping dari keindahan arsitektural ini, memang sudah lama gaya ini berlalu dan tidak banyak lagi orang menggunakannya. Saya cuma menulis ini sebagai semacam warning saja; pengetahuan yang mungkin berguna.

Salam,

______________________________
by Probo Hindarto
© Copyright 2012 astudio Indonesia.
All rights reserved.

Desain Rumah dua lantai sederhana

astudioarchitect.com Desain ini untuk pemilik yang ingin membangun rumah diatas lahan yang sudah ada bangunannya, tapi bangunan lama akan dirobohkan diganti yang baru. Ada beberapa hal yang disampaikan oleh pemilik yaitu rumah sebaiknya terang dan bentuknya ‘sederhana’ saja, dengan carport dari cor beton. Agak susah untuk menebak ‘sederhana’ dan kemudian membuat desain yang benar-benar seperti yang diharapkan klien. Namun dengan dijelaskan ciri-ciri rumahnya misalnya memakai tembok biasa dan terbersit kata ‘minimalis’, maka dengan cepat saya cukup menangkap maksudnya. Dalam hal ini desain saya buat dengan memakai material tembok pada sebagian besar rumahnya dengan sedikit aksen batu alam.

Desain mengalami dua kali pergantian desain, dimana awalnya desain denah diberikan oleh pemilik. Denah awal yang diberikan pemilik dirasakan oleh arsitek bisa membuat ruang keluarga menjadi gelap karena terasa memaksakan adanya ruang kamar tidur tambahan di bagian bawah. Sehingga disarankan untuk membuat kamar tidur di lantai atas.

Gambar desain semula yang dibuat sesuai sketsa pemilik ternyata dirasa kurang sesuai sehingga ada bagian yang dirubah dan menjadi dua lantai. 

//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Setelah menggunakan saran tersebut, desain bangunan berubah dari denah dan bentuk bangunannya sehingga menjadi lain dari desain semula. Desain yang awalnya direncanakan satu lantai, dari mengobrol ternyata jadi dua lantai karena ternyata pemilik memiliki peliharaan burung yang cukup banyak sehingga bila diletakkan di lantai 1 dirasa akan memengaruhi kehidupan sehari-hari. Tempat meletakkan koleksi burung akhirnya disepakati untuk diletakkan dilantai atas belakang. Demikian juga dengan peralatan olahraga yang dimiliki oleh pemilik, dirasa tepat bila diletakkan diruangan serbaguna di lantai 2

______________________________
by Probo Hindarto
© Copyright 2012 astudio Indonesia.
All rights reserved.

Tangga rangka besi kayu berfungsi ganda sebagai furniture

astudioarchitect.com Unik bagaimana tangga ini didesain dengan memasukkan unsur furniture menjadi satu kesatuan. Hasil karya studio desain di Belanda Mieke Meijer ini memiliki rangka besi yang dipadukan dengan papan-papan kayu untuk mencapai lantai atas.

//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Detail kayu dan besi hollow sebagai framenya. 

Warna kayu dengan tone yang ringan memiliki kontras dengan frame besi berwarna hitam. 

Salah satu detail pertemuan kayu dan besi. 

Foto diatas menunjukkan bagaimana tangga digunakan, dimana terdapat bagian yang digantung diatas, dan ada bagian yang diletakkan dibawah. 

Berbagai benda bisa diletakkan untuk menunjang fungsi-fungsinya, karena bagian bawah berfungsi selain sebagai lemari juga sebagai meja kerja. Sementara itu bagian atas juga memiliki rak untuk barang. 

Wujud kosong tangga besi dan kayu. Belum diisi barang. 
//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Konstruksi tangga seperti ini membutuhkan dua jenis pekerjaan yaitu jenis pekerjaan besi sebagai penopang dan pekerjaan kayu.

via Dezeen

______________________________
by Probo Hindarto
© Copyright 2012 astudio Indonesia.
All rights reserved.

Pengaruh lingkungan terhadap bangunan rumah

Desain bangunan rumah, seperti villa ini merupakan hasil dari pemikiran awal terhadap potensi lingkungan yang ada disekitarnya, dalam hal ini pemandangan pegunungan yang cukup menakjubkan.

astudioarchitect.com Terdapat faktor yang sangat mempengaruhi bagaimana kita merancang bangunan yang sering dilupakan baik oleh arsitek maupun owner. Faktor tersebut adalah faktor lingkungan, yaitu bagaimana lingkungan disekitar lahan bisa mempengaruhi perancangan desain arsitektur. Tidak hanya desain denah, namun juga tampilan bangunan dipengaruhi juga oleh bagaimana lingkungan dan interaksinya dengan bangunan. Rumah dibangun berdasarkan kondisi lapangan yang kadang sesuai dan kadang tidak sesuai dengan keinginan. Diantara faktor lingkungan yang perlu diperhatikan, terdapat beberapa faktor yang paling kuat.

//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Lingkungan alam

Contoh pencarian faktor lingkungan yang berpengaruh pada rancangan, pada salah satu proyek desain astudio. 

Ini merupakan faktor terkuat yang mempengaruhi apakah sebuah rumah akan didesain dengan orientasi ‘kedalam’ atau ‘keluar’. Yang dimaksud dengan orientasi kedalam, adalah sebuah rumah dimaksudkan untuk tidak memasukkan banyak pemandangan dari luar, dan lebih menekankan pada pemandangan ‘didalam’ yang didapatkan dari mendesain taman dan ruang dalam rumah yang indah. Hal ini karena bila lingkungan luar kurang menyenangkan untuk ‘dibawa masuk’ atau menjadi bagian dari pemandangan dalam rumah. Contohnya misalnya disekitar rumah terdapat kuburan, pemandangan hiruk pikuk pasar atau tempat yang kotor. Disamping itu, banyaknya orang berlalu lalang didepan rumah seperti jalan raya atau jalan yang banyak dilalui orang, bisa menjadi faktor yang dirasa kurang menarik.

//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Berbeda halnya dengan lingkungan alam yang menarik, lingkungan seperti ini misalnya pegunungan atau area wisata, pantai dan sebagainya. Banyak rumah tidak didesain agar bisa menikmati lingkungan luar yang indah meskipun berada dilingkungan indah seperti itu. Karena banyak mendesain rumah villa dengan pemandangan alam yang bagus, saya seringkali mendapati lokasi dibangunnya rumah dengan pemandangan gunung yang menarik. Dalam hal ini kita sebaiknya menentukan arah pemandangan dari dalam lahan, dan kemudian membuka bukaan seperti jendela-jendela kearah pemandangan yang indah ini. Kadangkala, pemandangan indah juga bisa didapatkan dengan meletakkan balkon untuk menikmati pemandangan sembari duduk menikmati kopi atau teh di sore hari bersama keluarga.

Lingkungan kota yang padat, kompetitif dan cenderung terlalu banyak kepentingan yang berserabutan (photo by AK37)

Lingkungan binaan

Lingkungan binaan atau ‘built environment’ merupakan lingkungan buatan manusia seperti jalan, bangunan, dan sebagainya. Lingkungan binaan ini berpengaruh pada desain rumah dalam hal menyediakan faktor lingkungan yang baik. Biasanya lingkungan perumahan yang tertata rapi lebih nyaman ditinggali dalam hal menyediakan hal seperti pembuangan air dan jalan yang baik. Lingkungan binaan biasanya mempengaruhi kita dalam menentukan lokasi pembangunan rumah, pada saat memilih lahan atau membeli rumah jadi.

Lingkungan sosial

Ini merupakan jenis lingkungan yang perlu juga kita perhatikan, yaitu bagaimana cara hidup sosial disekitar lahan yang akan kita bangun. Kondisi sosial dipengaruhi juga oleh lokasi geografis, biasanya sebuah kota dan lebih khususnya daerah tertentu disebuah kota memiliki karakter lingkungan sosialnya sendiri. Kota besar cenderung memiliki lingkungan sosial yang kurang ramah dengan tingkat kompetisi yang tinggi. Lingkungan kota juga memiliki tingkat kriminalitas yang tinggi. Sebagai dampak dari lingkungan sosial yang seperti ini, banyak rumah di perkotaan didesain dengan pagar tertutup untuk meminimalkan kriminalitas. Rumah dengan pagar di perkotaan sudah sangat lazim, namun dengan adanya lingkungan yang lebih terjaga dan teratur seperti lingkungan perumahan dengan keamanan yang lebih bisa dijaga, banyak rumah dan perumahan di kota besar lebih aman dan nyaman tanpa pagar.

Seluruh aspek lingkungan ini perlu diperhatikan dalam mendesain sebuah rumah, karena juga menentukan bagaimana rumah yang dibangun pada akhirnya bisa responsif terhadap lingkungan.

______________________________
by Probo Hindarto
© Copyright 2012 astudio Indonesia.
All rights reserved.