Monthly Archives: Juni 2010

Candi Singosari / Singhasari (Temple)

astudioarchitect.com Sisa-sisa peninggalan ini berasal dari kerajaan Singhasari di masa lalu. Konstruksinya dibuat dari struktur lapisan batu. Menghadap kearah barat, bagian-bagian candi antara lain:

  • Bagian terbawah, dikenal sebagai ‘batur’, berbentuk kotak
  • Bagian “Kaki” dari candi, tempat arca-arca diletakkan
  • Bagian ‘tubuh’ dari candi yang langsing dengan empat lubang ditiap sisinya
  • atap atau bagian atas dari candi yang menjulang dan mengecil di bagian atas
  • Berdasarkan dogma Hindu, candi adalah replika candi Himalaya di India, dimana keempat puncaknya disebut “Gaurisangkar” dan dipercaya sebagai tempat tinggal para dewa, juga dikenal sebagai Meru.

The remains was made of layered stone structures heading to west. Parts of the Candi (temple) are;
lowest level called ‘batur’ box shaped
‘the foot’ of the Candi and the place for the arcas (statues)
‘the body’ of the Candi in slim shape with four holes on each side
roof or the top of Candi that rises and becoming smaller to the top
According to the Hindu dogma, Candi is a replica of mount Himalaya in India, where there are four tops called ‘Gaurisangkar’ and believed to be the residence of the Gods, also known as Meru.


Denah candi berdasarkan gambar H.L. Leydie Melville. Denahnya berbentuk segi empat. Sebuah ruang ditengah berfungsi sebagai ruang utama, sedangkan ruang lainnya disetiap sisinya merupakan tempat diletakkan patung dewa.

Plan of the temple / candi, according to H.L. Leydie Melville. The plan is four edged. One room is in the middle and serve as the main room, while the other rooms on each side are place for statues of Gods.

Bagian depan dari candi Singhasari yang menghadap barat.

The front facade of Candi Singosari that is heading westward.

Lebih dekat kepada tampak depan.

The closer look at the front facade.

 

Pintu utama menuju ruang utama.

The main doorway to the main room.

Salah satu sisi pemandangan menakjubkan dari Candi Singhasari.

One of the great look of Candi Singosari.

Kepala Kala, penjaga pintu utama.

The head of KALA, the guardian of the entrance of the main room.

Melihat dari dalam ruang utama ke taman.

View from the main room to the yard.

Penanda “restauratie’ atau pemugaran tertanggal 1937.

The mark ‘Restauratie’ or restoration dated 1937.

Salah satu sisi level ‘batur’ atau lapisan terbawah candi.

One of the edge at the ‘batur’ level or the lowest level of the temple.

________________________________________________

by Probo Hindarto
© Copyright 2010 astudio Indonesia. All rights reserved.

Candi Singosari / Singhasari (Temple)

astudioarchitect.com Sisa-sisa peninggalan ini berasal dari kerajaan Singhasari di masa lalu. Konstruksinya dibuat dari struktur lapisan batu. Menghadap kearah barat, bagian-bagian candi antara lain:

  • Bagian terbawah, dikenal sebagai ‘batur’, berbentuk kotak
  • Bagian “Kaki” dari candi, tempat arca-arca diletakkan
  • Bagian ‘tubuh’ dari candi yang langsing dengan empat lubang ditiap sisinya
  • atap atau bagian atas dari candi yang menjulang dan mengecil di bagian atas
  • Berdasarkan dogma Hindu, candi adalah replika candi Himalaya di India, dimana keempat puncaknya disebut “Gaurisangkar” dan dipercaya sebagai tempat tinggal para dewa, juga dikenal sebagai Meru.

The remains was made of layered stone structures heading to west. Parts of the Candi (temple) are;
lowest level called ‘batur’ box shaped
‘the foot’ of the Candi and the place for the arcas (statues)
‘the body’ of the Candi in slim shape with four holes on each side
roof or the top of Candi that rises and becoming smaller to the top
According to the Hindu dogma, Candi is a replica of mount Himalaya in India, where there are four tops called ‘Gaurisangkar’ and believed to be the residence of the Gods, also known as Meru.


Denah candi berdasarkan gambar H.L. Leydie Melville. Denahnya berbentuk segi empat. Sebuah ruang ditengah berfungsi sebagai ruang utama, sedangkan ruang lainnya disetiap sisinya merupakan tempat diletakkan patung dewa.

Plan of the temple / candi, according to H.L. Leydie Melville. The plan is four edged. One room is in the middle and serve as the main room, while the other rooms on each side are place for statues of Gods.

Bagian depan dari candi Singhasari yang menghadap barat.

The front facade of Candi Singosari that is heading westward.

Lebih dekat kepada tampak depan.

The closer look at the front facade.

 

Pintu utama menuju ruang utama.

The main doorway to the main room.

Salah satu sisi pemandangan menakjubkan dari Candi Singhasari.

One of the great look of Candi Singosari.

Kepala Kala, penjaga pintu utama.

The head of KALA, the guardian of the entrance of the main room.

Melihat dari dalam ruang utama ke taman.

View from the main room to the yard.

Penanda “restauratie’ atau pemugaran tertanggal 1937.

The mark ‘Restauratie’ or restoration dated 1937.

Salah satu sisi level ‘batur’ atau lapisan terbawah candi.

One of the edge at the ‘batur’ level or the lowest level of the temple.

________________________________________________

by Probo Hindarto
© Copyright 2010 astudio Indonesia. All rights reserved.

6 Tips membangun rumah lebih hemat / 6 Tips to build efficient cost house

astudioarchitect.com Banyak diantara kita yang menghitung biaya membangun rumah dari ukuran per meter bangunan. Hal ini tak asing lagi, karena biasanya bila kontraktor memberikan harga final untuk biaya membangun rumah yang kita lakukan, terdapat pula biaya ‘per meter persegi’ bangunan. Berbagai faktor mempengaruhi biaya membangun per meter, antara lain luas bangunan yang akan dibangun, harga material bangunan, peralatan, ongkos tukang, izin membangun bangunan ke pemerintah setempat, fee arsitek, fee kontraktor, instalasi listrik, air, gas (bila ada), pembuangan aliran air kotor serta pajak.

Many of us are counting the cost of building a house by the per-meter cost of the building. This is not foreign anymore, because usually when a contractor gives a final price for the cost of building a house, there is also the cost ‘per square meter’ building. Various factors affect the cost of building per meter, including building area to be built, the price of building materials, equipment, cost of builders, building permits to the local government, architect fees, contractor fees, electrical installations, water, gas (if any), sewage or the flow of dirty water and taxes.

Berbagai Biaya yang biasanya Dikeluarkan saat Membangun
Terdapat beberapa biaya yang dibutuhkan saat membangun, diluar biaya material bangunan. Biaya untuk arsitek misalnya, biasanya ditentukan dari kesepakatan dari kedua pihak yaitu pemesan desain dengan arsitek secara langsung. Biaya pembangunan lain yang dikeluarkan oleh pemilik rumah selanjutnya adalah fee kontraktor untuk membangun rumah tersebut sampai terselesaikan. Biaya lainnya berupa upah tukang, pajak bangunan, listrik, air dan lain-lain.

Pemborosan yang mungkin terjadi dalam membangun misalnya seperti perlengkapan bangunan yang berupa finishing dipilih dari material yang mahal, misalnya jenis cat dinding, jenis kayu, jenis material plafon, jenis engsel, jenis keramik, dan sebagainya. Meskipun ukurannya kecil-kecil, sering menyedot biaya banyak seperti engsel-engsel pintu. Pemborosan bisa juga dari segi desain yang selalu berubah-ubah karena perencanaan bangunan yang dibikin asal-asalan. Desain harus sudah fix sebelum membangun agar tidak ada perubahan di tengah pembangunan sehingga dana jelas membengkak dari asal rencana anggaran awal. Konsep ‘tambal sulam’ sangat tidak ekonomis dan biayanya lebih mahal. Terkadang dari material juga dipilih bahan yang terbaik agar lebih kuat dan tahan lama, seperti bata merah yang berkualitas dibandingkan dengan batu merah yang murahan dapat dibedakan dari ukuran dan bentuk yang rapi serta dari kualitas pembakaran batanya. 

Various costs that usually occur when Building
There are some costs involved when building a house, excluding the cost of building materials. Fees for architects, for example, is usually determined by agreement of both parties ie the buyer directly with the architecture design. Other building costs incurred are the fee of the contractor to build the house until completed. Other costs such as wages of carpenters, property taxes, electricity, water and others.

Waste of fund that may occur in building cost such as finishing the building in the form of selected expensive material, such as type of wall paint, wood species, type of ceiling material, type of hinges, ceramic types, and so forth. Although small in size, often suck up a lot of building cost such as door hinges. It can also be wasteful in terms of design that was always changing because the planning of buildings that made carelessly. Design must be fixed before the building so that there is no change in the middle of development so that a clear funding source to swell from the initial budget plan. The concept of ‘patchwork “was not economical and cost more expensive. Sometimes the material is also selected from the best ingredients to make it more strong and durable, such as red brick with red sandstone qualified than the cheap can be distinguished from the size and shape of a neat and from the combustion quality of bricks.

Menghemat Biaya Per Meter Bangunan
Biaya material dapat dihemat dengan membuat desain rumah yang sederhana tanpa detil yang rumit. Jarak ruangan yang dianjurkan adalah 3 hingga 4 m agar kolom dan tiang dapat dipasang di tiap ujung titik pojok ruangan dan dengan begitu tidak perlu kolom tambahan yang dapat menambah biaya yang sebetulnya dapat diminimalkan. Atap pelana lebih hemat dibanding atap jenis lainnya karena bisa menggunakan kolom praktis dan gewel yang lebih efisien dan hemat biaya.

Biaya per meter bangunan bervariasi tergantung lokasi dibangunnya sebuah rumah karena material di daerah satu berbeda harganya dengan didaerah lain. Di area Jawa Timur dan Jawa Barat, biaya membangun berkisar antara 1,8jt hingga 2,5jt per meter persegi, sedangkan di daerah Jakarta bisa sebesar tiga juta sampai dengan lima juta per meter persegi luas bangunan tergantung type rumah dan detil desain rumah tersebut.

6 Tips membangun lebih hemat adalah sebagai berikut:

  1. Gunakan Arsitek agar desain lebih tepat guna (tidak boros dan tidak tambal sulam)
  2. Proses membangun bisa dilakukan sendiri bila memungkinkan (tapi kadangkala karena berbagai ketidak tahuan malah biaya membengkak). 
  3. Cari bahan material berkesan alami yang terdapat banyak di daerah Anda sehingga berharga lebih murah dengan mencarinya sendiri ke daerah tersebut, setidaknya untuk referensi Anda saat mengobrol dengan kontraktor. 
  4. Acian dinding dapat dikurangi dengan memakai dinding bata, batako, bata blok, atau bataton yang dibiarkan alami di sebagian dinding, dengan begitu semakin tampak alami dan murah karena tidak mengeluarkan biaya acian. Bila sudah ada dana nanti saja baru diaci.
  5. Pilih dari jenis material kayu kusen, kuda-kuda atap dan genteng yang sesuai untuk budget Anda, terdapat berbagai jenis dari material tersebut. 
  6. Untuk bahan finishing kita dapat memilih material seperti cat, keramik, handle pintu, dan sebagainya yang berkualitas menengah, usahakan yang terlihat tidak murahan dan tidak gampang rusak. 

Saves Building Cost Per Metre
Material cost savings can be obtained by making simple house design without complicated details. The recommended clearance is 3 to 4 m for columns and columns can be fitted at each end point of the corner and with so no need to add additional columns that can actually minimize the cost. The gable type of roof is more efficient than other types because it can use the column gewel that is more practical and cost effective.

Cost per meter of buildings varies depending on the location of the construction of a house because of the material in a different area have different prices with the other area. In the area of East Java and West Java, the cost of building ranging from 1.8 to 2.5 million per square meter, whereas in the Jakarta area can be of three million to five million per square meter of building area depending on the type of house and the detail of home design.

6 Tips on building more efficient, are as follows:

  1. Use architect to design more efficient (not wasteful and not patchwork)
  2. Building process can be done by yourself if possible (but sometimes because of ignorance may cause bloated costs).
  3. Find natural material in your area where there are a lot cheaper and so valuable to find itself into the area, at least for your reference when talking with the contractor.
  4. Cement wall can be reduced by using the brick wall, brick, masonry block, or being left natural in some walls, so it will be more natural looking and inexpensive because it does not cost more. When there is sufficient fund we can treat it later.
  5. Choose the type of wood frame materials, the horses and tile roof that is suitable for your budget, there are various types of material.
  6. For the materials we can choose finishing materials like paints, ceramics, doors handles, and so on medium quality, try to choose the ones that does not look cheap and not easily damaged.

________________________________________________
by Probo Hindarto
© Copyright 2010 astudio Indonesia. All rights reserved.

6 Tips membangun rumah lebih hemat / 6 Tips to build efficient cost house

astudioarchitect.com Banyak diantara kita yang menghitung biaya membangun rumah dari ukuran per meter bangunan. Hal ini tak asing lagi, karena biasanya bila kontraktor memberikan harga final untuk biaya membangun rumah yang kita lakukan, terdapat pula biaya ‘per meter persegi’ bangunan. Berbagai faktor mempengaruhi biaya membangun per meter, antara lain luas bangunan yang akan dibangun, harga material bangunan, peralatan, ongkos tukang, izin membangun bangunan ke pemerintah setempat, fee arsitek, fee kontraktor, instalasi listrik, air, gas (bila ada), pembuangan aliran air kotor serta pajak.

Many of us are counting the cost of building a house by the per-meter cost of the building. This is not foreign anymore, because usually when a contractor gives a final price for the cost of building a house, there is also the cost ‘per square meter’ building. Various factors affect the cost of building per meter, including building area to be built, the price of building materials, equipment, cost of builders, building permits to the local government, architect fees, contractor fees, electrical installations, water, gas (if any), sewage or the flow of dirty water and taxes.

Berbagai Biaya yang biasanya Dikeluarkan saat Membangun
Terdapat beberapa biaya yang dibutuhkan saat membangun, diluar biaya material bangunan. Biaya untuk arsitek misalnya, biasanya ditentukan dari kesepakatan dari kedua pihak yaitu pemesan desain dengan arsitek secara langsung. Biaya pembangunan lain yang dikeluarkan oleh pemilik rumah selanjutnya adalah fee kontraktor untuk membangun rumah tersebut sampai terselesaikan. Biaya lainnya berupa upah tukang, pajak bangunan, listrik, air dan lain-lain.

Pemborosan yang mungkin terjadi dalam membangun misalnya seperti perlengkapan bangunan yang berupa finishing dipilih dari material yang mahal, misalnya jenis cat dinding, jenis kayu, jenis material plafon, jenis engsel, jenis keramik, dan sebagainya. Meskipun ukurannya kecil-kecil, sering menyedot biaya banyak seperti engsel-engsel pintu. Pemborosan bisa juga dari segi desain yang selalu berubah-ubah karena perencanaan bangunan yang dibikin asal-asalan. Desain harus sudah fix sebelum membangun agar tidak ada perubahan di tengah pembangunan sehingga dana jelas membengkak dari asal rencana anggaran awal. Konsep ‘tambal sulam’ sangat tidak ekonomis dan biayanya lebih mahal. Terkadang dari material juga dipilih bahan yang terbaik agar lebih kuat dan tahan lama, seperti bata merah yang berkualitas dibandingkan dengan batu merah yang murahan dapat dibedakan dari ukuran dan bentuk yang rapi serta dari kualitas pembakaran batanya. 

Various costs that usually occur when Building
There are some costs involved when building a house, excluding the cost of building materials. Fees for architects, for example, is usually determined by agreement of both parties ie the buyer directly with the architecture design. Other building costs incurred are the fee of the contractor to build the house until completed. Other costs such as wages of carpenters, property taxes, electricity, water and others.

Waste of fund that may occur in building cost such as finishing the building in the form of selected expensive material, such as type of wall paint, wood species, type of ceiling material, type of hinges, ceramic types, and so forth. Although small in size, often suck up a lot of building cost such as door hinges. It can also be wasteful in terms of design that was always changing because the planning of buildings that made carelessly. Design must be fixed before the building so that there is no change in the middle of development so that a clear funding source to swell from the initial budget plan. The concept of ‘patchwork “was not economical and cost more expensive. Sometimes the material is also selected from the best ingredients to make it more strong and durable, such as red brick with red sandstone qualified than the cheap can be distinguished from the size and shape of a neat and from the combustion quality of bricks.

Menghemat Biaya Per Meter Bangunan
Biaya material dapat dihemat dengan membuat desain rumah yang sederhana tanpa detil yang rumit. Jarak ruangan yang dianjurkan adalah 3 hingga 4 m agar kolom dan tiang dapat dipasang di tiap ujung titik pojok ruangan dan dengan begitu tidak perlu kolom tambahan yang dapat menambah biaya yang sebetulnya dapat diminimalkan. Atap pelana lebih hemat dibanding atap jenis lainnya karena bisa menggunakan kolom praktis dan gewel yang lebih efisien dan hemat biaya.

Biaya per meter bangunan bervariasi tergantung lokasi dibangunnya sebuah rumah karena material di daerah satu berbeda harganya dengan didaerah lain. Di area Jawa Timur dan Jawa Barat, biaya membangun berkisar antara 1,8jt hingga 2,5jt per meter persegi, sedangkan di daerah Jakarta bisa sebesar tiga juta sampai dengan lima juta per meter persegi luas bangunan tergantung type rumah dan detil desain rumah tersebut.

6 Tips membangun lebih hemat adalah sebagai berikut:

  1. Gunakan Arsitek agar desain lebih tepat guna (tidak boros dan tidak tambal sulam)
  2. Proses membangun bisa dilakukan sendiri bila memungkinkan (tapi kadangkala karena berbagai ketidak tahuan malah biaya membengkak). 
  3. Cari bahan material berkesan alami yang terdapat banyak di daerah Anda sehingga berharga lebih murah dengan mencarinya sendiri ke daerah tersebut, setidaknya untuk referensi Anda saat mengobrol dengan kontraktor. 
  4. Acian dinding dapat dikurangi dengan memakai dinding bata, batako, bata blok, atau bataton yang dibiarkan alami di sebagian dinding, dengan begitu semakin tampak alami dan murah karena tidak mengeluarkan biaya acian. Bila sudah ada dana nanti saja baru diaci.
  5. Pilih dari jenis material kayu kusen, kuda-kuda atap dan genteng yang sesuai untuk budget Anda, terdapat berbagai jenis dari material tersebut. 
  6. Untuk bahan finishing kita dapat memilih material seperti cat, keramik, handle pintu, dan sebagainya yang berkualitas menengah, usahakan yang terlihat tidak murahan dan tidak gampang rusak. 

Saves Building Cost Per Metre
Material cost savings can be obtained by making simple house design without complicated details. The recommended clearance is 3 to 4 m for columns and columns can be fitted at each end point of the corner and with so no need to add additional columns that can actually minimize the cost. The gable type of roof is more efficient than other types because it can use the column gewel that is more practical and cost effective.

Cost per meter of buildings varies depending on the location of the construction of a house because of the material in a different area have different prices with the other area. In the area of East Java and West Java, the cost of building ranging from 1.8 to 2.5 million per square meter, whereas in the Jakarta area can be of three million to five million per square meter of building area depending on the type of house and the detail of home design.

6 Tips on building more efficient, are as follows:

  1. Use architect to design more efficient (not wasteful and not patchwork)
  2. Building process can be done by yourself if possible (but sometimes because of ignorance may cause bloated costs).
  3. Find natural material in your area where there are a lot cheaper and so valuable to find itself into the area, at least for your reference when talking with the contractor.
  4. Cement wall can be reduced by using the brick wall, brick, masonry block, or being left natural in some walls, so it will be more natural looking and inexpensive because it does not cost more. When there is sufficient fund we can treat it later.
  5. Choose the type of wood frame materials, the horses and tile roof that is suitable for your budget, there are various types of material.
  6. For the materials we can choose finishing materials like paints, ceramics, doors handles, and so on medium quality, try to choose the ones that does not look cheap and not easily damaged.

________________________________________________
by Probo Hindarto
© Copyright 2010 astudio Indonesia. All rights reserved.

Tips dan trik mengecat dinding / Tricks of painting wall

astudioarchitect.com Bila ruang dalam rumah sudah terasa tidak menarik, kusam, atau ‘lama’, atau bila pada dinding terdapat kerusakan seperti terkelupas atau muncul jamur, untuk memperbaiki dan memberi suasana baru yang paling mudah adalah dengan mengecat ulang dengan warna yang lain. Mengecat ulang rumah bisa menambah keindahan ruang dan meningkatkan kualitas hidup karena ruang tempat hidup lebih indah, bersih dan menarik.

When a room in your house already feels unattractive, dull, or ‘old’, or if there is damage to the wall such as peeling or appear fungi, to improve and provide a new easy look of the wall, the easiest way is to re-paint with another color. Repainted the house can add to the beauty of space and improve the quality of life for living space in more beautiful place, cleaner and attractive.

Masalah yang sering terjadi pada cat dinding antara lain dinding berjamur (lembab), pengapuran, timbulnya belang pada dinding, keretakan halus, mengelupas, menggelembung, atau pudar. Untuk menanggulangi berbagai masalah cat dinding, kita perlu mengetahu tahapan dan cara mengecat yang benar. Cat yang digunakan harus sesuai dengan penggunaannya, misalnya cat eksterior dipakai untuk dinding luar karena lebih tahan dengan perubahan cuaca, suhu dan temperatur udara yang drastis. Cat yang gampang memudar biasanya disebabkan oleh kualitas cat dan penggunaannya, misalnya cat interior dipakai untuk eksterior.

Cat yang baik memiliki resistensi terhadap garam (alkali resistant) yang terdapat dalam campuran bahan-bahan pengisi dinding agar warna cat tembok tidak cepat kusam dan belang. Untuk memperkuat cat eksterior agar lebih tahan lama, cat dasar diperlukan karena memiliki ketahanan terhadap garam atau alkali yang cukup tinggi agar mencegahnya merusak cat dinding. Cat dinding luar/ eksterior biasanya memiliki kandungan kimia yang membuatnya tahan cuaca, dan disebut weatherproof, weathershield, dan sebagainya. Meskipun akan menggunakan cat eksterior, akan lebih baik bila diberi cat dasar dahulu.

The problem that often occurs in wall paints, among others, moldy walls (damp), liming, the emergence of stripe on the wall, fine cracks, peeling, bulging, or fade. To overcome the various problems on wall paint, we need to stage and determines the correct way to paint. Paint used must be in accordance with their use, such as exterior paint used for exterior walls because they are more resistant to changes in weather, temperature and air temperature drastically. Easy paint fade is usually caused by paint quality and usage, such as interior paint for exterior use.

Paint that has good resistance to salt (alkali resistant) contained in the mixture of filler materials so that wall color of wall paint is not quickly dull and mottled. To strengthen the exterior paint to make it more durable, priming is required for resistance to salt or alkali to be durable to prevent damaging of the wall paint. Exterior wall paint usually has a chemical content which makes it weatherproof, and called weatherproof, weathershield, and so forth. Although we will use exterior paint, it would be better if given a primer paint first.

Tahapan-tahapan dalam mengecat
1. Persiapkan alat-alat sebelum mengecat seperti kuas, kaleng air. Cat aduk dulu selama lima menit.

2. Jangan lupa agar barang-barang lain tidak terkena cat, pertama pindahkan atau ditutupi dengan koran. Bersihkan dahulu dinding dengan vaccum cleaner kalau ada, atau dengan kemoceng atau sapu. Bila terlalu kotor dapat disikat dengan deterjen atau cairan pembersih jamur. Bersihkan permukaan dengan air.

3.dempul dan ratakan dengan plamir bagian dinding yang perlu ditambal seperti retak rambut, lubang paku dan lainnya.

4. permukaan lapisan tembok baru dapat dilapisi water base atau solvent yang bermutu agar hasil akhir menjadi lebih rata, halus dan tidak mudah mengelupas. Wall sealer juga bisa dipakai untuk menyesuaikan ph semen dengan ph cat sehingga warnanya akan tahan lama.

5. Cat dengan warna putih sebagai dasaran, tunggu sekitar 1-2 jam untuk mengeringkannya. Campur cat warna dengan air sebanyak 10 persen dari jumlah cat, aduk hingga rata selama 5 menit.

5. Trik mengecat dengan rata adalah dengan membuat gerakan zig-zag dari atas ke bawah berulang kali sampai dinding tertutup rata. Setelah 2-3 jam baru lapisi kembali dengan cat agar lebih mulus hasilnya. Roller bisa digunakan untuk meratakan warna permukaan dinding.

6. Untuk bagian plafon bisa menggunakan roller, campuran cat dibuat agak kental.

7. Bila ingin merubah warna lain dinding harus diamplas sampai rata. Bersihkan dengan alat pembersih, kemudian baru dicat dengan warna yang disukai. Agar dinding tidak terlihag berbeda warna, caranya adalah kerjakan satu bidang permukaan dinding di saat itu juga dalam satu waktu sehingga warna permukaan semua relatif sama. Jarak waktu antara lapisan satu dengan kedua sekitar 1-2 jam dan jangan terlalu lama.

Demikian, semoga tips ini membantu

The stages in painting a wall

1. Prepare before painting tools like brushes, water cans. Stir paint down for five minutes.

2. Do not forget to cover other things in the room, first move the things or cover with newspaper. Clean the walls first with Vacuum cleaner when there is, or with a feather duster or a broom. If too dirty can be brushed with liquid detergent. Clean the surface with water.

3. Coat again and align with the wall sections that need to be patched, such as hair cracks, nail holes and other.

4. new wall surfaces can be coated with water base or solvent quality for a good end result that is flat, smooth and not easy peeling. Wall sealer can also be used to adjust ph of the cement with paint so the colors will last long.

5. Paint with white color as the bottom, wait for about 1-2 hours to drain. Mix the paint with water colors as much as 10 percent of the amount of paint, mix well for 5 minutes.

5. Painted with a mean trick is to make a zig-zag motion from top to bottom closed wall repeatedly until blended. After 2-3 hours back with a new layer of paint to make it more smooth results. Roller can be used to flatten the surface of the wall color.

6. For the ceiling could use a roller, paint mixture was made slightly thicker.

7. If you want to change other colors the walls should sand until smooth. Clean with a cleaning tool, then painted with colors are preferred. In order not terlihag different wall color, the way he is working on one area of wall surface on the spot at a time so that all surfaces are relatively the same color. Time distance between the layers with the second one about 1-2 hours and not for too long.

Similarly, I hope these tips help

________________________________________________
by Tim astudioarchitect.com
© Copyright 2010 astudio Indonesia. All rights reserved.

Tips dan trik mengecat dinding / Tricks of painting wall

astudioarchitect.com Bila ruang dalam rumah sudah terasa tidak menarik, kusam, atau ‘lama’, atau bila pada dinding terdapat kerusakan seperti terkelupas atau muncul jamur, untuk memperbaiki dan memberi suasana baru yang paling mudah adalah dengan mengecat ulang dengan warna yang lain. Mengecat ulang rumah bisa menambah keindahan ruang dan meningkatkan kualitas hidup karena ruang tempat hidup lebih indah, bersih dan menarik.

When a room in your house already feels unattractive, dull, or ‘old’, or if there is damage to the wall such as peeling or appear fungi, to improve and provide a new easy look of the wall, the easiest way is to re-paint with another color. Repainted the house can add to the beauty of space and improve the quality of life for living space in more beautiful place, cleaner and attractive.

Masalah yang sering terjadi pada cat dinding antara lain dinding berjamur (lembab), pengapuran, timbulnya belang pada dinding, keretakan halus, mengelupas, menggelembung, atau pudar. Untuk menanggulangi berbagai masalah cat dinding, kita perlu mengetahu tahapan dan cara mengecat yang benar. Cat yang digunakan harus sesuai dengan penggunaannya, misalnya cat eksterior dipakai untuk dinding luar karena lebih tahan dengan perubahan cuaca, suhu dan temperatur udara yang drastis. Cat yang gampang memudar biasanya disebabkan oleh kualitas cat dan penggunaannya, misalnya cat interior dipakai untuk eksterior.

Cat yang baik memiliki resistensi terhadap garam (alkali resistant) yang terdapat dalam campuran bahan-bahan pengisi dinding agar warna cat tembok tidak cepat kusam dan belang. Untuk memperkuat cat eksterior agar lebih tahan lama, cat dasar diperlukan karena memiliki ketahanan terhadap garam atau alkali yang cukup tinggi agar mencegahnya merusak cat dinding. Cat dinding luar/ eksterior biasanya memiliki kandungan kimia yang membuatnya tahan cuaca, dan disebut weatherproof, weathershield, dan sebagainya. Meskipun akan menggunakan cat eksterior, akan lebih baik bila diberi cat dasar dahulu.

The problem that often occurs in wall paints, among others, moldy walls (damp), liming, the emergence of stripe on the wall, fine cracks, peeling, bulging, or fade. To overcome the various problems on wall paint, we need to stage and determines the correct way to paint. Paint used must be in accordance with their use, such as exterior paint used for exterior walls because they are more resistant to changes in weather, temperature and air temperature drastically. Easy paint fade is usually caused by paint quality and usage, such as interior paint for exterior use.

Paint that has good resistance to salt (alkali resistant) contained in the mixture of filler materials so that wall color of wall paint is not quickly dull and mottled. To strengthen the exterior paint to make it more durable, priming is required for resistance to salt or alkali to be durable to prevent damaging of the wall paint. Exterior wall paint usually has a chemical content which makes it weatherproof, and called weatherproof, weathershield, and so forth. Although we will use exterior paint, it would be better if given a primer paint first.

Tahapan-tahapan dalam mengecat
1. Persiapkan alat-alat sebelum mengecat seperti kuas, kaleng air. Cat aduk dulu selama lima menit.

2. Jangan lupa agar barang-barang lain tidak terkena cat, pertama pindahkan atau ditutupi dengan koran. Bersihkan dahulu dinding dengan vaccum cleaner kalau ada, atau dengan kemoceng atau sapu. Bila terlalu kotor dapat disikat dengan deterjen atau cairan pembersih jamur. Bersihkan permukaan dengan air.

3.dempul dan ratakan dengan plamir bagian dinding yang perlu ditambal seperti retak rambut, lubang paku dan lainnya.

4. permukaan lapisan tembok baru dapat dilapisi water base atau solvent yang bermutu agar hasil akhir menjadi lebih rata, halus dan tidak mudah mengelupas. Wall sealer juga bisa dipakai untuk menyesuaikan ph semen dengan ph cat sehingga warnanya akan tahan lama.

5. Cat dengan warna putih sebagai dasaran, tunggu sekitar 1-2 jam untuk mengeringkannya. Campur cat warna dengan air sebanyak 10 persen dari jumlah cat, aduk hingga rata selama 5 menit.

5. Trik mengecat dengan rata adalah dengan membuat gerakan zig-zag dari atas ke bawah berulang kali sampai dinding tertutup rata. Setelah 2-3 jam baru lapisi kembali dengan cat agar lebih mulus hasilnya. Roller bisa digunakan untuk meratakan warna permukaan dinding.

6. Untuk bagian plafon bisa menggunakan roller, campuran cat dibuat agak kental.

7. Bila ingin merubah warna lain dinding harus diamplas sampai rata. Bersihkan dengan alat pembersih, kemudian baru dicat dengan warna yang disukai. Agar dinding tidak terlihag berbeda warna, caranya adalah kerjakan satu bidang permukaan dinding di saat itu juga dalam satu waktu sehingga warna permukaan semua relatif sama. Jarak waktu antara lapisan satu dengan kedua sekitar 1-2 jam dan jangan terlalu lama.

Demikian, semoga tips ini membantu

The stages in painting a wall

1. Prepare before painting tools like brushes, water cans. Stir paint down for five minutes.

2. Do not forget to cover other things in the room, first move the things or cover with newspaper. Clean the walls first with Vacuum cleaner when there is, or with a feather duster or a broom. If too dirty can be brushed with liquid detergent. Clean the surface with water.

3. Coat again and align with the wall sections that need to be patched, such as hair cracks, nail holes and other.

4. new wall surfaces can be coated with water base or solvent quality for a good end result that is flat, smooth and not easy peeling. Wall sealer can also be used to adjust ph of the cement with paint so the colors will last long.

5. Paint with white color as the bottom, wait for about 1-2 hours to drain. Mix the paint with water colors as much as 10 percent of the amount of paint, mix well for 5 minutes.

5. Painted with a mean trick is to make a zig-zag motion from top to bottom closed wall repeatedly until blended. After 2-3 hours back with a new layer of paint to make it more smooth results. Roller can be used to flatten the surface of the wall color.

6. For the ceiling could use a roller, paint mixture was made slightly thicker.

7. If you want to change other colors the walls should sand until smooth. Clean with a cleaning tool, then painted with colors are preferred. In order not terlihag different wall color, the way he is working on one area of wall surface on the spot at a time so that all surfaces are relatively the same color. Time distance between the layers with the second one about 1-2 hours and not for too long.

Similarly, I hope these tips help

________________________________________________
by Tim astudioarchitect.com
© Copyright 2010 astudio Indonesia. All rights reserved.

Dampak Dokumen Digital terhadap Budaya Tulis/ Impact of digital documentation on Written Culture

Digital vs Analogastudioarchitect.com Budaya menggambar dengan meja gambar layaknya arsitek jaman dahulu semakin ditinggalkan, dan digantikan dengan alat-alat baru yaitu komputer dan sarana digital. Para arsitek tidak lagi memegang gambar kerja, tetapi dokumen digital yang dianggap instan dan memudahkan, karena itu transfer pengetahuan tidak lagi berdasarkan transfer analog tetapi digital, yang menempatkan arsitek dalam mentalitas tertentu.

Drawing culture like architects in the old times on drawing tables is being abandoned, and replaced with new tools of computers and digital tools. The architects are no longer holding the hand drawings, but the digital documents that are considered instant and easy, because it is no longer based on analogue knowledge transfer but digital transfer, which places the architect in a certain mentality.

Mentalitas itu adalah apresiasi terhadap gambar kerja maupun sketsa yang semakin hilang dari peredaran, dan menyebabkan sentuhan seni dalam arsitektur juga semakin hilang, tanpa sentuhan seni tangan ahli, arsitektur menjadi rekayasa komputer dalam imajinasi 3D, bukan lagi seni merancang berdasarkan imajinasi 2D dengan sentuhan kemanusiaan yang kental. Dokumen tidak lagi disimpan dalam bentuk file kertas yang memiliki nilai karena makna, keberadaan, maupun usianya, seperti dokumen berharga lainnya. Dokumen menjadi turun nilainya karena dapat digandakan dengan mudah, serta dapat dicopy paste melalui karakter fabrikasi yang sama.

Bentuk-bentuk yang cenderung cepat dan mendukung industrialisme juga dikembangkan seperti bentuk kotak-kotak, minimalis, modern, dan fabrikasi. Memang keduanya tampak sangat serasi mengingat dengan ‘push pull bar’ atau ‘extrude’, seorang arsitek bisa membuat simulasi cepat bentukan yang cenderung kaku, tetapi ritmis, mirip karakteristik fabrikasi.

Kekuatan karakter pribadi seorang arsitek yang juga seniman, misalnya detail kolom, detail ukiran, bahan-bahan non fabrikasi seperti tegel lama atau bata ekspos seakan dengan mudah digantikan oleh dinding putih mulus, sofa, jendela copy-paste, elemen-elemen yang siap digunakan tanpa harus merekayasa dahulu dalam pikiran (imajinasi).

The mentality of working drawings and sketches appreciation which is progressively disappearing, and cause touch of art in architecture to be also progressively lost, without a touch of artist expert, architecture becomes 3D computer engineering in the imagination, not based on imagination on 2D art design with a strong touch of humanity. Documents are no longer stored in the form of paper files that have value because of the meaning, presence, and its age, like other valuable documents. Documents are decreased in value because they can be duplicated easily, and can be copied and pasted the character of the same fabrication.

The forms which tend to be quickly built and support this phenomena are also developed as forms of industrialism boxes, minimalist, modern, and fabrication. Indeed the two seemed very harmonious remembering with the ‘push-pull bar’ or ‘extrude’, an architect can make rapid simulations that tend to form stiff, but rhythmically, like a fabrication characteristics.

Dampak utama dari sistem berpikir dan mendesain yang ‘terfabrikasi’ ini, adalah menghilangnya potensi dari sentuhan personal dan sentuhan material non fabrikasi karena model penggambaran dan desain yang juga terfabrikasikan. Karakter unik dari arsitektur vernakular atau arsitektur yang didapat dari ‘tacid knowledge’ semakin menghilang, akibatnya gap antara arsitektur vernakular dan modern akan semakin tinggi, memaksa para tukang dari kalangan ‘tacid knowledge’ tertatih-tatih berusaha memahami sistem fabrikasi. Misalnya, keterampilan pertukangan kayu semakin menghilang karena semakin banyak material fabrikasi pengganti kayu seperti alumunium dan beton.

The strength of personal character of an architect who is also an artist, for example detail columns, detailed carvings, non-fabricated materials such as exposed brick tiles as long or be easily replaced by a smooth white wall, sofa, windows by copy-paste, the elements that are ready for use without imagination first in the mind.

The main impact of this thinking systems and designing which is also ‘fabricated’ is the potential of disappearance of personal touch and the touch of non-fabricated material for drawing and designing. The unique character of vernacular architecture or architecture that is obtained from ‘tacid knowledge’ increasingly disappearing, as a result of the gap between vernacular and modern architecture will be higher, forcing the builders of the ‘tacid knowledge’ hobbled attempts to understand the system of fabrication. For example, carpentry skills increasingly disappearing as more and more wood substitute materials such as fabricated aluminum and concrete.

Diskusi:
Artikel tersebut dimasukkan dalam mailing list AMI (Arsitek Muda Indonesia) dan terdapat diskusi dari beberapa anggota mailing list sebagai berikut:

Pendapat Setyo Eko:
Kalau menurut saya setiap jaman punya tantangan dan solusinya sendiri. Kita
tidak bisa menutup mata terhadap teknologi. Karena jika kembali ke naturenya
sebuah teknologi hanyalah sebuah alat untuk memudahkan manusia menyelesaikan
pekerjaannya. Tak terkecuali arsitek

Yang kedua adalah efisiensi kerja. Mungkinkan sebuah tower memiliki 10000 jenis
jendela yang tidak sama. Berapa lama waktu konstruksi yang di butuhkan dan
berapa dana yang akan dihabiskan. Lagi2 ini adalah masalah efisiensi. Di
arsitektur vernakular pun tidak mungkin kita menemukan 10 jenis aechitrave yang
berbeda jenis. Dalam sebuah bangunan. Inilah standarisasi. Walaupun setiap
design memiliki standar yang berbeda2. saya pikir juga banyak teman2 disibi yang
tidak akan terjebak kepada copy n paste belaka.

Soal kecenderungan membawa dokumen digital. Ya karena lagi2 lebih praktis aja.
Saya yang bekerja dengan partner 2 yang online di jkt. Jogja, makassar, menado,
medan merasa lebih dimudahkan dalam koordinasi. Tinggal share file di YM. Email.
BB dsb whichever available.

Salam
SE
—————————————————-

Pendapat Rafael Arsono:

Representasi gambar-dokumentasi digital-material fabrikasi

Gambar tangan memang terlihat personal dan mengakar, tp yg dicari kan bukan
menggambar manual dengan meja gambar supaya sekedar terlihat bagus. Buat saya yg
perlu dikhawatirkan adalah derasnya image rendering yang tersedia di internet
dan kecepatan menghasilkan image arsitektur oleh komputer membuat kita hanya
melihat rendering hanya sebagai sebuah gambar hasil akhir arsitektur, bukan
sebuah representasi dari arsitekturnya. Rendering sbg representasi arsitektur
adalah menunjukkan pilihan terbaik yg dipertimbangkan berdasarkan arah
arsitekturnya. Render maksut saya disini touch up gambar, termasuk kolase,
sketsa cat warna Holl, sampai sketsa hitam-putih frank ching, bahkan video,
MVRDV merasa ide2 utopianya lebih pragmatis dijelaskan dg video, dan mereka
bikinnya bagus, bayar artis untuk seriusan bikin, dll.

Koolhaas sudah ngomong tentang ini 10 tahun lalu,
http://www.pritzkerprize.com/laureates/2000/ceremony_speech1.html
“…After four thousand years of failure, Photoshop and the computer create
utopias instantly.”

bgmnpun jg, komputer jg bs membantu representasi arsitektur scr personal dan
berkarakter jg. sprti ‘angle’ aneh ala Zaha Hadid (lihat karya2 awalnya, the
peak, kufurstendam, dll). Gambar rendering komputer Tadao Ando tidak jauh beda
dari sketsa berskala yang biasanya menunjukkan potongan perspektif (srg di
majalah GA), karena cara ini terbaik untuk menunjukkan kestabilan, keteraturan
dan presisi ruangnya. Terlepas dari kita suka atau enggak, pilihan rendering
tersebut telah menghasilkan sebuag karya yg indah bgt – lebih dr sekedar gambar.

Render ‘aneh’ yg indah lainnya ada juga di Superstudio, bagaimana man-made
‘menginvasi’ alam. dan banyak gambar top lainnya disini
http://butdoesitfloat.com/index/filter/architecture

Tidak ada yang salah dengan digital archiving, menurut pendapat saya, ke
depannya makin lebih banyak lagi institusi formal akan merger sm arsitek untuk
pendokumentasian digital (semacam internet library). coba liat archigram
archival project, luar biasa bgmn data mereka bisa diakses orang di seluruh
dunia. http://archigram.westminster.ac.uk/
I’d love to see this kind on Romo Mangun, Silaban, etc….

rendahnya budaya tulis terhadap literatur arsitektur jg membuat kt (dan generasi
arsitek di masa depan) menengok informasi arsitektur via internet yg
kredibilitasnya diragukan. Tp saya nggak mau masuk terlalu dalam kesitu, mari kt
terus nulis yg benar ttg apa dan siapa saja (saya jg sdg melakukannya). Saya
banyak lihat tulisan2 ttg kota dan arsitektur jaman baheula ditulis sm anak2
muda yg skrg menjelma arsitek2 bagus, dan tulisan2 itu berguna bwt generasi2 yg
lbh muda utk mengetahui ttg objek tulisan maupun si penulis.

Material fabrikasi ada untuk mendukung budaya bangun dan cara pandang arsitektur
tertentu. Mungkin perlu lihat contoh yang lebih tepat untuk ‘kontemplasi
arsitektur’, dalam hal material fabrikasi, bisa liat dari master builder yg
ekspresionis macam Piano, Rogers,…atau, yang cenderung ‘diam’ seperti
Chipperfield, SANAA.

Namun, kembali ke representasi image, perlu disadari ketika browsing, bahwa ada
‘gap’ budaya bangun di lokasi gambar yg sdg kt liat di internet (sprti contoh
arsitek2 di atas), yang tidak kt ketahui melalui gambar tersebut. trgntung
lokasi, dan waktu jg, cara bangun jaman dulu dg skrg tntunya berbeda. Kotak atau
‘blob’ terjadi krn proses dan pilihan yg seringnya terlewatkan dr ‘browsing’ kt
td (bnyk jg media yg tdk memaparkan hal ini dg jelas dan tuntas). Jadi
‘kontemplasi’ td perlu dilakukan, mksutnya perlu sortir website/majalah apa yg
kt liat dan jgn diserap mentah2 gt, apalagi di tengah derasnya image2 td lewat
internet dan media lainnya.

salam hangat,
Rafael Arsono

________________________________________________
by Probo Hindarto
© Copyright 2010 astudio Indonesia. All rights reserved.

Dampak Dokumen Digital terhadap Budaya Tulis/ Impact of digital documentation on Written Culture

Digital vs Analogastudioarchitect.com Budaya menggambar dengan meja gambar layaknya arsitek jaman dahulu semakin ditinggalkan, dan digantikan dengan alat-alat baru yaitu komputer dan sarana digital. Para arsitek tidak lagi memegang gambar kerja, tetapi dokumen digital yang dianggap instan dan memudahkan, karena itu transfer pengetahuan tidak lagi berdasarkan transfer analog tetapi digital, yang menempatkan arsitek dalam mentalitas tertentu.

Drawing culture like architects in the old times on drawing tables is being abandoned, and replaced with new tools of computers and digital tools. The architects are no longer holding the hand drawings, but the digital documents that are considered instant and easy, because it is no longer based on analogue knowledge transfer but digital transfer, which places the architect in a certain mentality.

Mentalitas itu adalah apresiasi terhadap gambar kerja maupun sketsa yang semakin hilang dari peredaran, dan menyebabkan sentuhan seni dalam arsitektur juga semakin hilang, tanpa sentuhan seni tangan ahli, arsitektur menjadi rekayasa komputer dalam imajinasi 3D, bukan lagi seni merancang berdasarkan imajinasi 2D dengan sentuhan kemanusiaan yang kental. Dokumen tidak lagi disimpan dalam bentuk file kertas yang memiliki nilai karena makna, keberadaan, maupun usianya, seperti dokumen berharga lainnya. Dokumen menjadi turun nilainya karena dapat digandakan dengan mudah, serta dapat dicopy paste melalui karakter fabrikasi yang sama.

Bentuk-bentuk yang cenderung cepat dan mendukung industrialisme juga dikembangkan seperti bentuk kotak-kotak, minimalis, modern, dan fabrikasi. Memang keduanya tampak sangat serasi mengingat dengan ‘push pull bar’ atau ‘extrude’, seorang arsitek bisa membuat simulasi cepat bentukan yang cenderung kaku, tetapi ritmis, mirip karakteristik fabrikasi.

Kekuatan karakter pribadi seorang arsitek yang juga seniman, misalnya detail kolom, detail ukiran, bahan-bahan non fabrikasi seperti tegel lama atau bata ekspos seakan dengan mudah digantikan oleh dinding putih mulus, sofa, jendela copy-paste, elemen-elemen yang siap digunakan tanpa harus merekayasa dahulu dalam pikiran (imajinasi).

The mentality of working drawings and sketches appreciation which is progressively disappearing, and cause touch of art in architecture to be also progressively lost, without a touch of artist expert, architecture becomes 3D computer engineering in the imagination, not based on imagination on 2D art design with a strong touch of humanity. Documents are no longer stored in the form of paper files that have value because of the meaning, presence, and its age, like other valuable documents. Documents are decreased in value because they can be duplicated easily, and can be copied and pasted the character of the same fabrication.

The forms which tend to be quickly built and support this phenomena are also developed as forms of industrialism boxes, minimalist, modern, and fabrication. Indeed the two seemed very harmonious remembering with the ‘push-pull bar’ or ‘extrude’, an architect can make rapid simulations that tend to form stiff, but rhythmically, like a fabrication characteristics.

Dampak utama dari sistem berpikir dan mendesain yang ‘terfabrikasi’ ini, adalah menghilangnya potensi dari sentuhan personal dan sentuhan material non fabrikasi karena model penggambaran dan desain yang juga terfabrikasikan. Karakter unik dari arsitektur vernakular atau arsitektur yang didapat dari ‘tacid knowledge’ semakin menghilang, akibatnya gap antara arsitektur vernakular dan modern akan semakin tinggi, memaksa para tukang dari kalangan ‘tacid knowledge’ tertatih-tatih berusaha memahami sistem fabrikasi. Misalnya, keterampilan pertukangan kayu semakin menghilang karena semakin banyak material fabrikasi pengganti kayu seperti alumunium dan beton.

The strength of personal character of an architect who is also an artist, for example detail columns, detailed carvings, non-fabricated materials such as exposed brick tiles as long or be easily replaced by a smooth white wall, sofa, windows by copy-paste, the elements that are ready for use without imagination first in the mind.

The main impact of this thinking systems and designing which is also ‘fabricated’ is the potential of disappearance of personal touch and the touch of non-fabricated material for drawing and designing. The unique character of vernacular architecture or architecture that is obtained from ‘tacid knowledge’ increasingly disappearing, as a result of the gap between vernacular and modern architecture will be higher, forcing the builders of the ‘tacid knowledge’ hobbled attempts to understand the system of fabrication. For example, carpentry skills increasingly disappearing as more and more wood substitute materials such as fabricated aluminum and concrete.

Diskusi:
Artikel tersebut dimasukkan dalam mailing list AMI (Arsitek Muda Indonesia) dan terdapat diskusi dari beberapa anggota mailing list sebagai berikut:

Pendapat Setyo Eko:
Kalau menurut saya setiap jaman punya tantangan dan solusinya sendiri. Kita
tidak bisa menutup mata terhadap teknologi. Karena jika kembali ke naturenya
sebuah teknologi hanyalah sebuah alat untuk memudahkan manusia menyelesaikan
pekerjaannya. Tak terkecuali arsitek

Yang kedua adalah efisiensi kerja. Mungkinkan sebuah tower memiliki 10000 jenis
jendela yang tidak sama. Berapa lama waktu konstruksi yang di butuhkan dan
berapa dana yang akan dihabiskan. Lagi2 ini adalah masalah efisiensi. Di
arsitektur vernakular pun tidak mungkin kita menemukan 10 jenis aechitrave yang
berbeda jenis. Dalam sebuah bangunan. Inilah standarisasi. Walaupun setiap
design memiliki standar yang berbeda2. saya pikir juga banyak teman2 disibi yang
tidak akan terjebak kepada copy n paste belaka.

Soal kecenderungan membawa dokumen digital. Ya karena lagi2 lebih praktis aja.
Saya yang bekerja dengan partner 2 yang online di jkt. Jogja, makassar, menado,
medan merasa lebih dimudahkan dalam koordinasi. Tinggal share file di YM. Email.
BB dsb whichever available.

Salam
SE
—————————————————-

Pendapat Rafael Arsono:

Representasi gambar-dokumentasi digital-material fabrikasi

Gambar tangan memang terlihat personal dan mengakar, tp yg dicari kan bukan
menggambar manual dengan meja gambar supaya sekedar terlihat bagus. Buat saya yg
perlu dikhawatirkan adalah derasnya image rendering yang tersedia di internet
dan kecepatan menghasilkan image arsitektur oleh komputer membuat kita hanya
melihat rendering hanya sebagai sebuah gambar hasil akhir arsitektur, bukan
sebuah representasi dari arsitekturnya. Rendering sbg representasi arsitektur
adalah menunjukkan pilihan terbaik yg dipertimbangkan berdasarkan arah
arsitekturnya. Render maksut saya disini touch up gambar, termasuk kolase,
sketsa cat warna Holl, sampai sketsa hitam-putih frank ching, bahkan video,
MVRDV merasa ide2 utopianya lebih pragmatis dijelaskan dg video, dan mereka
bikinnya bagus, bayar artis untuk seriusan bikin, dll.

Koolhaas sudah ngomong tentang ini 10 tahun lalu,
http://www.pritzkerprize.com/laureates/2000/ceremony_speech1.html
“…After four thousand years of failure, Photoshop and the computer create
utopias instantly.”

bgmnpun jg, komputer jg bs membantu representasi arsitektur scr personal dan
berkarakter jg. sprti ‘angle’ aneh ala Zaha Hadid (lihat karya2 awalnya, the
peak, kufurstendam, dll). Gambar rendering komputer Tadao Ando tidak jauh beda
dari sketsa berskala yang biasanya menunjukkan potongan perspektif (srg di
majalah GA), karena cara ini terbaik untuk menunjukkan kestabilan, keteraturan
dan presisi ruangnya. Terlepas dari kita suka atau enggak, pilihan rendering
tersebut telah menghasilkan sebuag karya yg indah bgt – lebih dr sekedar gambar.

Render ‘aneh’ yg indah lainnya ada juga di Superstudio, bagaimana man-made
‘menginvasi’ alam. dan banyak gambar top lainnya disini
http://butdoesitfloat.com/index/filter/architecture

Tidak ada yang salah dengan digital archiving, menurut pendapat saya, ke
depannya makin lebih banyak lagi institusi formal akan merger sm arsitek untuk
pendokumentasian digital (semacam internet library). coba liat archigram
archival project, luar biasa bgmn data mereka bisa diakses orang di seluruh
dunia. http://archigram.westminster.ac.uk/
I’d love to see this kind on Romo Mangun, Silaban, etc….

rendahnya budaya tulis terhadap literatur arsitektur jg membuat kt (dan generasi
arsitek di masa depan) menengok informasi arsitektur via internet yg
kredibilitasnya diragukan. Tp saya nggak mau masuk terlalu dalam kesitu, mari kt
terus nulis yg benar ttg apa dan siapa saja (saya jg sdg melakukannya). Saya
banyak lihat tulisan2 ttg kota dan arsitektur jaman baheula ditulis sm anak2
muda yg skrg menjelma arsitek2 bagus, dan tulisan2 itu berguna bwt generasi2 yg
lbh muda utk mengetahui ttg objek tulisan maupun si penulis.

Material fabrikasi ada untuk mendukung budaya bangun dan cara pandang arsitektur
tertentu. Mungkin perlu lihat contoh yang lebih tepat untuk ‘kontemplasi
arsitektur’, dalam hal material fabrikasi, bisa liat dari master builder yg
ekspresionis macam Piano, Rogers,…atau, yang cenderung ‘diam’ seperti
Chipperfield, SANAA.

Namun, kembali ke representasi image, perlu disadari ketika browsing, bahwa ada
‘gap’ budaya bangun di lokasi gambar yg sdg kt liat di internet (sprti contoh
arsitek2 di atas), yang tidak kt ketahui melalui gambar tersebut. trgntung
lokasi, dan waktu jg, cara bangun jaman dulu dg skrg tntunya berbeda. Kotak atau
‘blob’ terjadi krn proses dan pilihan yg seringnya terlewatkan dr ‘browsing’ kt
td (bnyk jg media yg tdk memaparkan hal ini dg jelas dan tuntas). Jadi
‘kontemplasi’ td perlu dilakukan, mksutnya perlu sortir website/majalah apa yg
kt liat dan jgn diserap mentah2 gt, apalagi di tengah derasnya image2 td lewat
internet dan media lainnya.

salam hangat,
Rafael Arsono

________________________________________________
by Probo Hindarto
© Copyright 2010 astudio Indonesia. All rights reserved.

Buku-buku arsitektur & rumah Probo Hindarto

astudioarchitect.com Nama saya Probo Hindarto, saya sudah menuliskan beberapa buku baik yang sudah diterbitkan maupun yang akan diterbitkan. astudio berdiri pada Maret 2005, Misi kami adalah mendesain bangunan-bangunan yang dibutuhkan masyarakat. Dalam proses mendesain itu tak lupa kami selalu berusaha mengembangkan ilmu dalam arsitektur dan bangunan, sehingga menjadi arsitek kurang responsif terhadap tantangan jaman. Dalam perjalanannya kami mengembangkan studio arsitek sekaligus studio penulisan dengan saya sebagai penulis buku/ buku berformat majalah.
http://pagead2.googlesyndication.com/pagead/show_ads.js

buku ‘Rumah bergaya Arsitektur Mediterania dan Klasik’


Buku ini membahas tentang gaya arsitektur Mediterania dan Klasik dengan unsur-unsur langgamnya yang menjadi tren sekitar 90-an hingga 2000an, bahkan masih dipakai hingga saat ini bagi mereka yang menyukainya.
buku ‘Warna untuk Desain Interior’


Buku ini membahas tentang prinsip penggunaan warna untuk desain interior. 
buku ‘Inspirasi Rumah Sehat di Perkotaan’

Buku ini membahas tentang prinsip desain rumah yang sehat terutama berkaitan dengan lokasi yang berada di perkotaan. Banyak tips dan panduan agar rumah tetap sehat meskipun di lahan terbatas.

buku ’22 ide dan konsep desain RUMAH DAN TAMAN


Buku terbaru ini membahas tentang berbagai aspek rumah tinggal dan tamannya, dimana merupakan kelanjutan dari buku ‘Inspirasi rumah sehat di Perkotaan’.

Diatas adalah cover buku-buku hasil tulisan saya yang dapat Anda temui di toko-toko buku seperti Gramedia, Toga Mas, Kharisma, Gunung Agung, dan sebagainya. Selain itu saya juga menulis buku tentang tutorial komputer. Saya ingin terus menulis buku, dan sekalian belajar terus tentang arsitektur. Semua buku itu dan buku-buku selanjutnya yang ingin saya tulis adalah wujud dari keinginan saya untuk menjadi arsitek yang baik, sekaligus memberikan wacana arsitektur rumah tinggal yang lengkap bagi seluruh pembaca sekalian. Sehingga, tidak saya saja yang berkembang, para pembaca juga semakin mengerti lebih jauh tentang rumah tinggal.

KORAN SINDO
Selain buku, karya saya juga dimuat setiap minggu di banyak koran di Indonesia, setahun lalu saya mengasuh rubrik konsultasi desain rumah di koran-koran grup Kompas Gramedia. Saat ini saya mengasuh konsultasi desain rumah/ Griya di Koran Seputar Indonesia yang terbit setiap Jum’at bila tidak ada halangan khusus. Artikel2 saya juga banyak dimuat di Seputar Indonesia, Koran Kontan, dan lain-lain, kadang sebagai penulis, kadang sebagai narasumber melalui wawancara.

Semoga website ini dapat memberikan manfaat bagi Anda, saya dan seluruh pengunjung weblog astudio sekalian. Salam dari saya dan terimakasih….

:D
________________________________________________
by Probo Hindarto
© Copyright 2010 astudio Indonesia. All rights reserved.

Buku-buku arsitektur & rumah Probo Hindarto

astudioarchitect.com Nama saya Probo Hindarto, saya sudah menuliskan beberapa buku baik yang sudah diterbitkan maupun yang akan diterbitkan. astudio berdiri pada Maret 2005, Misi kami adalah mendesain bangunan-bangunan yang dibutuhkan masyarakat. Dalam proses mendesain itu tak lupa kami selalu berusaha mengembangkan ilmu dalam arsitektur dan bangunan, sehingga menjadi arsitek kurang responsif terhadap tantangan jaman. Dalam perjalanannya kami mengembangkan studio arsitek sekaligus studio penulisan dengan saya sebagai penulis buku/ buku berformat majalah.

buku ‘Rumah bergaya Arsitektur Mediterania dan Klasik’


Buku ini membahas tentang gaya arsitektur Mediterania dan Klasik dengan unsur-unsur langgamnya yang menjadi tren sekitar 90-an hingga 2000an, bahkan masih dipakai hingga saat ini bagi mereka yang menyukainya.
buku ‘Warna untuk Desain Interior’


Buku ini membahas tentang prinsip penggunaan warna untuk desain interior. 
buku ‘Inspirasi Rumah Sehat di Perkotaan’

Buku ini membahas tentang prinsip desain rumah yang sehat terutama berkaitan dengan lokasi yang berada di perkotaan. Banyak tips dan panduan agar rumah tetap sehat meskipun di lahan terbatas.

buku ’22 ide dan konsep desain RUMAH DAN TAMAN


Buku terbaru ini membahas tentang berbagai aspek rumah tinggal dan tamannya, dimana merupakan kelanjutan dari buku ‘Inspirasi rumah sehat di Perkotaan’.

Diatas adalah cover buku-buku hasil tulisan saya yang dapat Anda temui di toko-toko buku seperti Gramedia, Toga Mas, Kharisma, Gunung Agung, dan sebagainya. Selain itu saya juga menulis buku tentang tutorial komputer. Saya ingin terus menulis buku, dan sekalian belajar terus tentang arsitektur. Semua buku itu dan buku-buku selanjutnya yang ingin saya tulis adalah wujud dari keinginan saya untuk menjadi arsitek yang baik, sekaligus memberikan wacana arsitektur rumah tinggal yang lengkap bagi seluruh pembaca sekalian. Sehingga, tidak saya saja yang berkembang, para pembaca juga semakin mengerti lebih jauh tentang rumah tinggal.

KORAN SINDO
Selain buku, karya saya juga dimuat setiap minggu di banyak koran di Indonesia, setahun lalu saya mengasuh rubrik konsultasi desain rumah di koran-koran grup Kompas Gramedia. Saat ini saya mengasuh konsultasi desain rumah/ Griya di Koran Seputar Indonesia yang terbit setiap Jum’at bila tidak ada halangan khusus. Artikel2 saya juga banyak dimuat di Seputar Indonesia, Koran Kontan, dan lain-lain, kadang sebagai penulis, kadang sebagai narasumber melalui wawancara.

Semoga website ini dapat memberikan manfaat bagi Anda, saya dan seluruh pengunjung weblog astudio sekalian. Salam dari saya dan terimakasih….

:D
________________________________________________
by Probo Hindarto
© Copyright 2010 astudio Indonesia. All rights reserved.